Single Perdana BackingSoda: Perjalanan yang Puitis dan Kaya Nuansa

MUSIC RELEASE

Lahir dari latar belakang musisi teater, tepatnya Teater Pagupon di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, BackingSoda terbiasa mengiringi pentas. Mengubah naskah menjadi lirik. Merangkai alunan untuk mengemas rasa setiap adegan. Sampai tibalah keinginan untuk memulai perjalanannya sendiri. Itulah mengapa semua lagu mereka terasa puitis dan kaya nuansa.

Dalam balutan pop jazz, lagu “Perjalanan” membawa optimisme dalam menjalani hari. Beralih ke gloomy ballad, “Samar Beku” dan “Kehilangan” hadir menawarkan perihnya berjarak dari yang tercinta. Sementara, bersama Payung Tedung, BackingSoda mengemas “You’re So Divine” yang cenderung swing, mengajak kita belajar menerimanya. Ada pula “Di Rahim Waktu” yang begitu menggebu dengan sedikit sentuhan pop rock. Serta sweet ballad yang mengikhlaskan dalam lagu “Menikmati Hidup” dan “Dewi Khayal”.

Harmonisasi vokal tak dipungkiri menjadi salah satu keunikan yang ditawarkan BackingSoda. Diramu oleh Ghita Rahmah Meirani, Miranty P. Wardhani, Wulandari Natlia, dan Ayusya, bersiaplah menyimak kemerduan yang “penuh” dan belum banyak ditemukan di kelompok musik lainnya. Tak hanya itu, kepiawaian tiap anggota dalam menciptakan musiknya sendiri juga patut dilirik. Digawangi duet gitaris BackingSoda, yaitu Hendi Yusup dan Putri Raya, mereka kerap mengaransemen lagu yang kemudian disambut oleh para penyanyi untuk memperkaya nada
setiap liriknya. Sebagai tambahan, dalam album ini, BackingSoda juga dibantu additional players.

Pada akhirnya, BackingSoda menawarkan banyak nuansa, yang sejatinya ada dalam perjalanan hidup. Dan bagi yang ingin menikmati tiap fase di dalamnya, lagu “Perjalanan” siap menjadi single pertama yang mengiringinya.

“Perjalanan mesti…
Dimulai lagi.”

Begitu baris pertama single mereka, “Perjalanan”.
Namun, BackingSoda tak mempertanyakan mengapa perjalanan mesti dimulai lagi.
Terlalu banyak alasan untuk memulainya kembali.
Atau justru tak perlu dipertanyakan sama sekali.
Sebab pada akhirnya…
“mengapa tidak?”